Senin, 31 Mei 2010

MENCINTAIMU SAMPAI MATI

(naraserenade-puisi)
Hari ke hari
Harapan pun memuncak
Ratapan hati tak ingin mengulang
Hingga tak ada tempat 'tuk berlabuh

Mengendalikan hati ini,
sama saja menangkapmu dalam mimpi

Mencintaimu
Sungguhlah besar makna hidupku
Ku terjun dalam duniamu
Seakan cintamu meraih harapku

Siapakah dirimu?
Dirimu yang kucintai sampai mati
Dirimu yang kuharapkan dalam hati
Dirimu yang...
...kan selalu dan terus ada di lamanya hidup
...dunia dan akhirat

Lautan hati pun dapat menyaksikan
Setia diri dalam mencintai dirimu

Kau...
Cintaku...
Sampai ku mati
...kuharap kaulah satu-satunya untukku

Seseorang pun berkata tentang cinta
"Kau dilahirkan untukku dan aku dilahirkan untukmu"



(special thank's for B.J Habibie)

Jumat, 28 Mei 2010

Y O U R L O V E..

(naraserenade-yourlove)

“Kakaaaakkk….” panggil Vea, “Heh, ngapain teriak-teriak?” tanya Glenn, “Cepat... Nanti konsernya keburu dimulai..” kata Vea. Mereka pun berangkat ke konser. 10 menit kemudian, mereka sudah ada di dalam gedung konser. Mereka nonton konser Hoobastank. Vea ngefans banget sama band itu. Jadi, nggak boleh ketinggalan. Vea senang banget hari ini. Dia teriak-teriak sangking senangnya lihat idolanya konser di Indonesia. Glenn yang ada disebelahnya hanya tersenyum melihat Vea. Tapi, Glenn juga sangat menikmati konser itu. Semuanya kelihatan senang.
Tiga jam kemudian, Vea dan Glenn keluar dari gedung itu. “Kak, beli’in minum dong...” pinta Vea, “Beli sendiri...” kata Glenn yang sibuk kirim-kiriman sms, “Yaaa.... kakak!! Aku nggak bawa uang. Cuma beli minum aja kok... Ayolah, kak!! Kakak kan cakep...” goda Vea, dengan terpaksa Glenn mengeluarkan uang sepuluhribuan “Jangan lupa kembaliannya...” kata Glenn, “Iya..” jawab Vea. Vea pun berlari menuju tempat penjualan minuman. Disana, Vea antri di barisan ke delapan. Sangking hausnya, Vea nggak sabar. Dengan cara ‘licik’nya, orang-orang yang ada didepannya, dibohongi. Sampai dibarisan ketiga, Vea berhenti. Tiba-tiba... “Nggak enak ya kalau nggak bohongi orang?” tanya Glenn yang sudah ada disebelah Vea, “Udah... Kakak diam aja...” kata Vea sambil tersenyum nyengir, Glenn hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adikknya.
5 menit kemudian mereka pulang.
Besoknya. Hari Minggu. “Ve, aku latihan band dulu ya...” kata Glenn, “Pulang jam berapa?” tanya Vea, “Mungkin jam 4an... Dirumah hati-hati ya... Kakak pulang cepat kok...” jelas Glenn sambil mendekatkan tubuhnya ke Vea, kira-kira 7 cm. “Iiiihhh... Dekat banget sih... Udah sana berangkat...” kata Vea. Glenn pun berangkat. Tinggallah Vea sendirian dirumah. Dia merenungi sesuatu, “Kakak kok mesti latihan band sih... Padahal nggak tampil dimana-mana. Teruusss... akhir-akhir ini kak Glenn perhatian banget. Biasanya aja, beranteeeemm terus kalau sama aku... “ pikir Vea.
&&&
Tiga hari kemudian. “Kakak nggak sekolah?” tanya Vea, “Nggak.. aku lagi nggak enak badan. Kamu berangkat sendiri ya...” kata Glenn, “Kalau kakak sakit cepat ke dokter ya...” kata Vea. Vea pun berangkat sekolah. Di sekolah, seharian Vea diam. Itu membuat teman sebangkunya bingung, “Kamu kenapa? Kok dari tadi diam... Biasanya aja berisik...” tanya Lola, “Nggak apa..” jawab Vea singkat, “Kamu sakit? Ke UKS aja yuk...” tawar Lola, “Aku nggak apa..” jawab Vea tetap dengan nada yang sangat datar. Istirahat pun Vea sama sekali nggak mau ngomong kecuali kalau ditanya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua anak SMA eLz berantakan keluar kelas. Saat hendak keluar gerbang, Vea dipanggil Erwin, anak 12 IPS 2, teman satu band Glenn. “Ve...” panggil Erwin, Vea menoleh dengan ogah-ogahan, “Aku boleh tanya, nggak?” tanya Erwin, Vea menganggukkan kepala, “Gini... Sebentar lagi kan ada kompetisi band di Zee plaza. Bandku ikut. Kami udah latihan mulai senin kemarin. Tapi, Glenn nggak pernah latihan. Kamu tahu kenapa Glenn nggak latihan?” tanya Erwin, “Nggak latihan? Nggak mungkin... Biasanya dia latihan kok... Dia mesti pamit sama aku...” kata Vea, “Tapi dia nggak pernah datang... Aku minta tolong, tanyakan ke Glenn...” kata Erwin, Vea pun menganggukkan kepalanya.
Saat sampai dirumah, Vea melihat Glenn tergeletak di ruang tamu “Kakak... Jangan tidur disini dong...” kata Vea membangunkan Glenn, tapi Glenn nggak bergerak. Vea bingung. Glenn pingsan. Vea segera membawa Glenn ke rumah sakit. Dokter segera memeriksanya. 10 menit kemudian, dokter itu keluar dari ruang pemeriksaan. “Dok, gimana?” tanya Vea, “Lebih baik dia di opname... Karena dia harus banyak perawatan” jelas dokter, “Emangnya sakit apa?” tanya Vea takut, “Orangtuamu mana?” tanya dokter, “Ayah dan Ibu di luar negeri... Saya tinggal dirumah cuma dengan kak Glenn...” jelas Vea, “Biar orangtuamu yang mengetahuinya” kata dokter, “Kenapa? Ayolah, dok!! Kenapa kak Glenn?” tanya Vea semakin takut, “...baiklah... Kakakmu punya penyakit jantung” jawab dokter dengan suaranya yang berat, Vea mendadak diam. Dia nggak tanya lagi. Vea mulai menangis.
&&&
Satu bulan sudah Glenn dirawat di rumah sakit. Vea dengan setianya menjaga Glenn. “Ve, kamu nggak pulang dulu?” tanya Glenn dengan suara lirih, “Nggak... Aku bawa ganti kok..” jawab Vea, “Kamu jangan sering kesini... Sebentar lagi kan kamu ulangan...” kata Glenn, “Biarin...” jawab Vea singkat. Vea nggak tahan kalau ninggal Glenn sendirian. Jadi, tiap pulang sekolah, Vea langsung kerumah sakit. Kadang Vea benar-benar nggak pulang kerumah. Sekarang Vea jadi pendiam. “Ve, waktu Lola kesini, katanya kamu disekolah jadi pendiam ya? Kalau kakak boleh tahu, emangnya kenapa?” tanya Glenn, “Nggak apa... Pengen aja..” jawab Vea, “Vea... Aku nggak pengen kamu jadi pendiam karena aku sakit. Ini nggak ada kaitannya sama keaktifanmu... Kamu nggak boleh mikir penyakitku...” jelas Glenn, tiba-tiba Vea menangis. Glenn bingung. “Kenapa, Ve? Kakak salah ngomong?” tanya Glenn. Tangis Vea semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba Vea memeluk Glenn. “Ve... Kamu kok nangis sih? Maaf kalau kakak salah ngomong...” kata Glenn, Vea terus menangis.
Lima jam kemudian. Vea capek nangis terus. Vea dan Glenn berbincang-bincang. “Ve, aku itu sayang banget sama kamu. Yang aku punya juga kamu aja disini. Aku cuma pengen kamu janji sama aku...” kata Glenn, “Janji apa, kak?” tanya Vea, “Kamu harus naik kelas, harus lulus dari SMA eLz. Harus bisa jadi sarjana. Cari pendamping hidup yang sesuai buat kamu, yang bisa jagain kamu, yang bisa bimbing kamu. Karena aku nggak akan selamanya bisa jagain kamu...” jelas Glenn, “Kok kakak ngomong gitu sih...” kata Vea takut. Saat Glenn menatap Vea, reaksi jantung Glenn semakin menjadi-jadi. Vea panik dan bingung. Dia segera memanggil dokter. Vea menunggu diluar kamar. Perasaan Vea benar-benar nggak tenang. Mondar-mandir didepan pintu kamar sambil menangis. 30 menit kemudian, dokter itupun keluar, “Kamu dipanggil...” kata dokter lirih, Vea berlari masuk ke kamar. “Kak...” panggil Vea lirih sambil menangis, “Ve, kakak udah nggak kuat lagi. Kakak pengen kamu janji tentang tadi...” kata Glenn agak sulit bicara, “Kak... Aku janji... Tapi...” kata Vea yang belum selesai ngomong, tangan Vea diletakkan di dada Glenn, “Ve... ka..kak... sa.. sa.. ya.. ng... sam.. ma.. ka.. ka.. mu...” kata terakhir Glenn pada Vea, saat itulah Glenn kelihatan tersenyum bangga pada Vea. Vea menangis histeris.
&&&
Dua hari setelah kematian Glenn. Sekarang Vea sering bersama Erwin. Karena selama inilah Erwin yang bisa mengerti Vea dan Glenn. Mereka berada dikantin. Vea masih suka murung. Dan sering menangis. “Ve, sebelum Glenn meninggal, dia ngasi surat ke aku buat kamu...” kata Erwin sambil memberikan surat dari Glenn untuk Vea sebelum dia meninggal.
Vea segera membukanya dan membacanya...........
Dear : Vea (Adekku ternakal...)
Vea, mungkin sekarang kamu lagi baca suratnya kakak. Baru pertama kali ini ya kakak ngirim surat? Ve, maafin kakak yaaa... Kakak nggak bisa terus-terusan jagain kamu... Sebenarnya, penyakit kakak udah diketahui 3 bulan yang lalu. Tapi, kakak nggak mau bilang sama kamu. Kakak sering pamit kamu untuk ngeband, sebenarnya kakak nggak latihan. Kakak ke dokter... karena setiap sore kakak ngerasa sakit banget. Maafin kakak ya, dek!!
Oh iya, asal kamu tahu... Kamu kenal Erwin, kan? Dia suka lho sama kamu... Kamu juga suka kan? Aku tahu kamu suka, mulai kamu sering curhat tentang Erwin. Erwin juga gitu. Sama aja. Kalian kompak... J
Maaf lagi ya... Kakak nggak bisa jadi pemain drum terbaik buat orang-orang apalagi buat kamu!! Maaf yaaa....
Ve, kamu janji satu hal.... Kamu harus jadi anak yang baik-baik.... jangan banyak tingkah.
Udah dulu yaaa...........................................
Mulai sakit nih...................................................
Vea... I’ll MISS You.....................................................
LOVE
G L E N N


“I’ll MISS YOU and I always LOVE you too....” batin Vea sambil menangis.
&&&&&

AKU MASIH DISINI

(naraserenade-akumasihdisini)

Hari ini cuaca mendung. Saatnya pengumuman Ujian Akhir Sekolah. RIVANA ZHEITHA, nama itu tercantum dipapan pengumuman. ZEVANDRA ZIDANE, nama itu juga tercantum dipapan pengumuman. Mereka berdua lulus. Di SMA 80, lulus 100%. Semua terlihat begitu bahagia. “Vana, kamu lulus kan?” tanya Evan, “Iya dong... Aku senang banget. Doaku dikabulkan...” kata Vana, “Mau neruskan kemana?” tanya Evan, “Aku mau kuliah di UI, jalur PMDK..” jawab Vana, “Keterima?” tanya Evan, “Diterima dong... Kamu?” tanya Vana, “Aku... Aku harus kuliah di Amerika...” kata Evan, “Amerika?” tanya Vana kaget, “Iya. Ayah yang suruh... Kamu tahu kan ayahku itu gimana... Aku nggak bisa nolak permintaannya..” jelas Evan, “Tapi kan nggak harus di Amerika...” kata Vana, “Aku udah coba bilang sama ayah, tapi ayahku nggak mau ngerti. Aku udah bilang itu terlalu jauh. Masih aja ayah maksa aku...” jelas Evan.
Dua bulan kemudian. Vana sudah mulai kuliah. Tugasnya menumpuk. Untung aja Evan belum berangkat ke Amerika. Jadi, masih ada yang bantu. Hari ini Vana harus menyelesaikan 30 halaman tentang bahasa inggris. Evan dengan setia membantu Vana, “Vana, lebih baik kamu istirahat dulu... Besok dilanjutkan lagi” kata Evan, “Nggak bisa... Besok sudah harus dikumpulkan... Kalau kamu nggak mau bantu aku ya udah kamu pulang aja. Aku bisa kerjakan ini semua...” balas Vana sambil marah-marah, “Kok kamu marah sih... Aku kan cuma bilang lebih baik kamu istirahat, karena aku lihat kamu udah kecapekan..” jelas Evan, Vana hanya diam dan meneruskan tugasnya. Satu jam kemudian (jam 21.30). Vana tertidur dimejanya. Evan melihatnya sambil tersenyum.
Besoknya. Vana terbangun dengan tergesa-gesa. Dia mandi lalu sarapan. Saat kembali kekamarnya, dia melihat tugasnya dimeja, sudah terselesaikan. “Kok... Tugasku udah selesai? Evan....” pikir Vana yang tertuju pada Evan. Vana segera berangkat kuliah.
Dirumah Evan. “Evan...” panggil ayah Evan, “Iya...” jawab Evan yang turun dari tangga, “Hari ini kamu ikut ayah beli tiket. Karena pesawat untuk ke Amerika berangkat hari Sabtu besok...” jelas ayah Evan, “Sabtu besok?” tanya Evan, “Iya...” jawab ayah Evan, “Kenapa harus minggu ini, yah?” tanya Evan, “Ayah pengen kamu cepat sekolah di Amerika. Ayah takut kamu tertinggal pelajaran disana...” jawab ayah Evan. Evan hanya bisa terdiam. Dia nggak pengen pergi ke Amerika. Karena Evan nggak pengen jauh dari Vana, sahabatnya itu.
‘kriiing...kriiing...kriing’ suara telfon rumah Vana, “Halo...” angkat Vana, “Bisa bicara dengan Vana yang jelek, sok imut, nakal?” tanya suara dari telfon itu, “Evaaann... Jahat banget sih... Apa?” tanya Vana, “Kamu bisa nggak keluar malam ini juga...?” tanya Evan, “Bisa...” jawab Vana singkat, “Beneran?” tanya Evan, “Iya... Mau kemana sih?” tanya Vana, “Mau tahuuuu aja...” kata Evan, “Gimana sih kok aku nggak boleh tahu... Ya udah kamu jemput aku” kata Vana sambil menutup telfon. 10 menit kemudian Evan datang. Mereka menuju taman hiburan. “Ngapain kamu ngajak aku kesini?” tanya Vana, “Nggak boleh yaa...” kata Evan, “Ya nggak apa... Tapi kan ini udah sepi...” kata Vana. Mereka duduk di dekat kolam. Vana bingung dengan kelakuan Evan. Tiba-tiba... “Kamu bisa kan ngelupain aku?” tanya Evan, Vana tersentak nggak bisa jawab langsung, “Bisa kan ngelupain aku?” tanya Evan lagi, “Kamu kenapa tanya gitu?” tanya Vana, “...vana... aku ke Amerika besok Sabtu...” kata Evan, “Kenapa secepat itu? Katanya satu bulan lagi...” tanya Vana, “Ayahku yang minta...” jawab Evan. Vana hanya bisa diam. “Vana... Kamu mau kan ngelupain aku?” tanya Evan lagi, “Kamu pergi ke Amerika bukan berarti aku harus ngelupain kamu kan...” kata Vana yang langsung pergi. Evan nggak ngejar “Kamu nggak tahu maksudku, ‘na!!” batin Evan.
@@@
Sabtu. Jam 10 Evan berangkat. Di kampus, Vana terus melihat jam tangannya. Vana gelisah. Setelah hari Senin itu, Vana dan Evan belum bertemu. Waktu Vana melamun di kantin, tiba-tiba Vana teriak ketakutan. Itu membuat temannya bingung, “na, Kamu kenapa?” tanya Gea, Vana menangis dan langsung pergi, “Vana... Vana... Mau kemana? Kan masih ada jam...” teriak Gea. Vana nggak mempedulikan panggilan Gea, dia pergi ke rumah Evan. 10 menit sampai dirumah Evan, tapi kata pembantunya, Evan sudah berangkat ke bandara sejam yang lalu. Vana segera berangkat ke bandara.
30 menit sampai dibandara. Vana berlari mencari Evan. Vana terus mencari Evan, sampai dia kelelahan. Nafasnya nggak beraturan karena berlari. Tiba-tiba... “Vana...” panggil Evan yang ada dibelakang Vana, Vana yang merasa kalau itu suara Evan, langsung membalikkan badan dan memeluknya. Evan terkejut dengan pelukan mendadak itu. “Evan... Kamu nggak boleh pergi...” kata Vana yang masih memeluk Evan, Evan hanya diam, “Kamu nggak boleh pergi..” kata Vana lagi, “Aku harus pergi...” balas Evan, “Aku nggak mau kamu pergi... Aku takut kamu ada apa-apa disana... Poko’nya kamu nggak boleh pergi...” perkataan Vana semakin menjadi-jadi, “Kamu kenapa sih?” tanya Evan bingung dan takut sambil menenangkan Vana. “Vana, pasti aku kembali... Aku nggak akan sepenuhnya ninggalin kamu...” jelas Evan, tapi Vana terus menangis, “Perlu kamu tahu... Aku... Aku... berat ninggalin kamu...” kata Evan, “Ya kamu jangan pergi...” kata Vana yang masih nangis, “Bukan gitu caranya... Vana, aku sayang sama kamu...” kata Evan sambil memeluk Vana. Sudah waktunya Evan masuk pesawat. “na, aku pergi ya...” pamit Evan sambil mencium kening Vana. Evan pun berlalu. Vana terus berteriak “Evaaannn... Jangan pergi, van!! Evaaannnn....” teriak Vana, tapi Evan sengaja nggak menghiraukan.
10 menit kemudian, pesawat Evan berangkat. Dari kejauhan, Vana memperhatikan keberangkatan pesawat itu. Tatapannya ke pesawat yang ditumpangi Evan menjadi berubah. Terlihat angkuh dan marah.
@@@
Besoknya. Vana bangun dengan mata bengkak. Pikirannya kacau. Semalaman dia terus-terusan mimpi buruk. Perasaannya nggak enak. Vana segera mandi. Setelah itu dia turun untuk sarapan. Orangtua Vana ada diruang keluarga yang kebetulan dekat dengan ruang makan. Mereka sedang menonton televisi. Berita pagi.
Saat Vana sarapan, dia menghentikan makannya. Menoleh ke arah televisi. Mendengarkan berita. “Menurut laporan, semua penumpang pesawat itu tewas... Diperkirakan tidak ada satu korban pun yang masih hidup... Pesawat ini hendak menuju Amerika. Pesawat ini lepas landas kemarin sekitar pukul 10 pagi..” jelas penyiar berita itu. Mendengar itu, Vana terkejut. Dia hanya bisa menangis dan berteriak memanggil Evan. Ya... pesawat itu adalah pesawat yang ditumpangi Evan.
2 hari kemudian. Jenazah Evan dipulangkan. Vana terus menangis melihat Evan yang sudah nggak bernyawa lagi. Nggak ada lagi senyuman Evan, nggak ada lagi yang bantuin Vana ngerjakan tugas bahasa Inggris. Saat jenazah dimakamkan, Vana duduk di belakang kerumunan orang-orang. Tiba-tiba... suara telah berbisik ditelinga Vana “Aku masih disini... Aku nggak ninggalin kamu... Aku kan sayang sama kamu... Kamu percaya, kan?” kata suara itu. Vana pun menoleh kebelakang, apa yang dia lihat? Evan tersenyum pada Vana. Vana pun membalas senyuman itu “Aku juga sayang sama kamu...” batin Vana.
@@@

Kehidupan Baru

Assalamualaikum , bloggers !!

Hei, hei... kenalin yapz.. namaku Nara Serenade
panggil aja Nara.. (simple kan) heheee...

Jangan lupa sering mampir ke blog.ku yapz...
bakalan update terus...
mau cari puisi , cerpen ato terbitan novel yang bakalan update terus..
hihihiii (kaga nyambung banget..)

See you , yapz!
Wassalamualaikum.. :D